Blog Cantona

Blog Cantona

Sabtu, 23 Mei 2009

Gw bngt tuh..!!!

Ipang - Tentang Cinta

Sekilas tentang dirimu
Yang lama ku nanti
Memikat hatiku
Jumpamu pertama kali
Janji yang pernah terucap
Tuk satukan hati kita
Namun tak pernah terjadi
Mungkinkah masih ada waktu
Yang tersisa untukku
Mungkinkah masih ada cinta di hatimu

Andaikan saja aku tahu
Kau tak hadirkan cintamu
Inginku melepasmu dengan pelukan

Sesal yang datang selalu
Takkan membuatmu kembali
Maafkan aku yang tak pernah tahu
Hingga semuanya pun kini tlah berlalu

Maafkan aku
Maafkan aku

Mungkinkah masih ada waktu
Yang tersisa untukku
Mungkinkah masih ada cinta di hatimu

Andaikan saja aku tahu
Kau tak hadirkan cintamu

Inginku melepasmu dengan pelukan
Inginku melepasmu dengan pelukan

Kamis, 12 Februari 2009

Biografi Ibnu Sina

Biografi Ibnu Sina



Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.


Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.



Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.



Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.



Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.



Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.



Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.



Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”



Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.



Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.



Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.



Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.



Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.

Sabtu, 07 Februari 2009

Kasus Etnis Rohingya, Ormas Islam Protes Myanmar

Warga etnis Rohingya yang ditahan pemerintah Thailand



JAKARTA - Jamaah Islamiyah Hizbullah hari ini melayangkan surat protes ke Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta. Surat tersebut berisi kecaman atas kekejaman junta militer Myanmar terhadap warga muslim Rohingya.

"Kami mengecam tindakan junta militer Myanmar yang memperlakukan muslimin Rohingya dengan kejam," kata pemimpin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fattah Cileungsi, Yakhsyallah Mansur kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (7/2/2009).

Selain mengecam junta Myanmar, dalam surat tersebut juga disebutkan desakan kepada pemerintah Myanmar untuk memberikan hak hidup kepada warga etnis Rohingya, termasuk memberi kebebasan menjalankan ibadah.

"Pemerintah Myanmar harus menghentikan penindasan terhadap warga negaranya, terutama muslimin Rohingya," kata dia.

Surat protes itu rencananya akan diberikan langsung ke Duta Besar Myamar untuk Indonesia. Namun, niat itu urung dilakukan karena sang duta besar tak berada di tempat. Surat pun hanya dititipkan kepada staf.

Untuk membantu warga etnis Rohingya, Selasa pekan depan, Jamaah Islamiyah Hizbullah akan mengirimkan tim ke Aceh untuk mendatangkan bantuan makanan, obat-obatan, pakaian, psikiater, dokter, dan ulama.

Seperti diketahui, pada 7 Januari lalu sebuah kapal layar yang mengangkut sebanyak 193 warga negara Myanmar dan Bangladesh ditemukan nelayan terdampar di perairan antara Pulau Seulako dan Pulau Rondo, atau sekira dua mil laut dari Dermaga Lanal Sabang, Aceh.

Mereka diketahui merupakan etnis Rohingya yang berlayar menuju Thailand, Malaysia, dan Indonesia untuk mengungsi ataupun mencari pekerjaan.

Rabu, 04 Februari 2009

Aneh, Presiden Mesir Malah Bela Israel


Aneh, Presiden Mesir Malah Bela Israel

KAIRO - Presiden Mesir Hosni Mubarak mengeluarkan pernyataan yang membela Israel. Menurutnya Hamas seharusnya bertanggung jawab atas kematian ribuan warag sipil di Gaza.

"Sampai kapan darah orang-orang Arab akan terus tumpah? Hanya untuk mendengar pihak (Hamas) yang salah memperhitungkan dampak serangan Israel," kata Mubarak seperti dikutip Press TV, Kamis (5/2/2009).

Pernyataan itu dikeluarkan Mubarak atas serangan dua pekan lebih Israel yang hingga saat ini telah menewaskan 1.600 warga Gaza itu. Menurutnya Hamas terlalu mengambil risiko berperang dengan Israel. Sementara kekuatannya tidak seimbang.

"Hamas harus menghitung-hitung antara kemenangan dan kekalahan karena ini tanggung jawab bagi orang banyak," katanya.

Mubarak juga menuding faksi-faksi Palestina mengambil untung di balik konflik Gaza. "Mereka (Hamas dan faksi perjuangan Palestina lainnya) mencoba mengambil keuntungan dari serangan Israel ke Gaza dengan mengubah realita atau kondisi bangsa Arab," ungkapnya.

Menurut Mubarak, faksi Palestina mencoba untuk mengubah peta politik dan kekuatan di Timur Tengah. Mubarak juga menduduh pejuang Palestina mencoba menarik simpati dari negara Timur Tengah untuk menuruti keinginannya.

Pemerintah Israel juga menuduh Hamas mengeluarkan pernyataan bahwa Tel Aviv tidak akan berperang melawan Hamas. Ini dikeluarkan sebelum Israel memborbardir Gaza 26 Desember lalu. Menurut Kairo, ini menyesatkan dan membuat korban sipil banyak berjatuhan.

Israel memblokade Gaza sejak Hamas mengambil alih pemerintahan di wilayah berpenduduk hampir 1,5 juta jiwa itu. Sejak itu Israel menutup semua perbatasan sehingga terjadi krisis kemanusiaan. Warga kekurangan bahan pangan dan air bersih. Bahkan bantuan PBB pun tak diizinkan masuk.

Tim Medis Indonesia Bergantian Masuk Gaza

Rombongan Tim Kemanusiaan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) yang terdiri dari tujuh dokter, empat asisten medis, dan dua relawan tiba di Kairo Mesir, Rabu dini hari.

Tim KNRP yang terdiri atas sejumlah lembaga kemanusiaan nasional seperti PKPU, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Wahdah Islamiyah, dan Dompet Dhuafa, akan menggantikan tim dokter dan relawan medis yang sudah lebih dari sepekan berada di Gaza. Tim KNRP sebelumnya akan keluar dari Gaza Rabu sore ini menuju Kairo kemudian kembali ke Jakarta.

Ketua Tim KNRP Suryama M Sastra mengatakan, tim yang baru datang merupakan tim ketiga. Sebelumnya, ketika awal-awal penyerbuan militer Israel ke Jalur Gaza, KNRP mengirim dua orang peninjau untuk menjajaki berbagai kemungkinan menyalurkan bantuan, baik bahan makanan, obat-obatan, dan peralatan medis lainnya, seperti ambulans, kursi roda, dan lainnya. Hingga saat ini, KNRP melalui BSMI sudah menyumbangkan tiga unit ambulans. Kemudian juga obat-obatan dan peralatan medis senilai kurang lebih Rp10 miliar.

"Tim yang sekarang datang menggantikan mereka yang sudah sepekan bekerja di Gaza," kata Suryama, yang juga anggota Komisi I DPR RI dalam siaran persnya yang diterima okezone, Rabu (4/2/2009).

Suryama menjelaskan, misi tim KNRP kali ini selain memberikan bantuan medis di rumah sakit Gaza, juga akan mendirikan rumah sakit lapangan. Hal ini mengingat minimnya fasilitas perawatan kesehatan bagi warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel.

Saat ini tim KNRP menunggu ijin untuk bisa masuk ke Gaza. Namun imbauan pemerintah Mesir yang meminta relawan asing meninggalkan Gaza, membuat tim KNRP tertahan masuk ke Gaza.

Tim ketiga KNRP ini menurut rencana akan berada di Gaza selama dua pekan hingga satu bulan. "Kita lihat situasi di lapangan. Rencananya dua minggu sampai satu bulan tim di sana (Gaza)," imbuh Suryama.

Negara Barat Mulai Khawatirkan Keberhasilan Satelit Iran

Negara Barat Mulai Khawatirkan Keberhasilan Satelit Iran



TEHERAN - Negara-negara Barat mulai mengkhawatirkan implikasi keberhasilan peluncuran satelit buatan Iran. Satelit Iran yang bernama Omid (Harapan) itu dianggap menjadi ancaman bagi musuh-musuh Teheran.

Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris menyatakan roket yang membawa satelit tersebut juga bisa digunakan sebagai senjata nuklir.

Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan langkah ini tidak meyakinkan Washington bahwa Iran bertanggung jawab mewujudkan stabilitas atau keamanan di wilayah Timur Tengah. Sementara pejabat Departemen Luar Negeri (Deplu) AS Robert Wood mengatakan peluncuran satelit Iran kemungkinan bisa mengarah pada pengembangan rudal balistik.

Hal itu diperkuat Juru Bicara Deplu Prancis Eric Chevallier yang juga menegaskan Prancis sangat prihatin dengan peluncuran satelit itu. Lebih detail Chevallier mengungkapkan, teknologi peluncuran satelit sama seperti dengan kemampuan peluncuran rudal balistik.

"Kami tidak bisa membantu, tetapi kaitan ini sangat memprihatinkan tentang pengembangan kemampuan nuklir militer," katanya. Sementara pejabat Deplu Inggris Bill Rammel juga mengungkapkan pemerintahannya memberikan perhatian serius atas kemampuan Iran tersebut.

"Ada dua aplikasi untuk teknologi peluncuran satelit dalam program rudal balistik Iran," katanya. Hasilnya, menurut dia, peluncuran tersebut menjadi sinyal buruk bagi komunitas internasional. Israel pun meminta sekutu-sekutunya untuk bertindak. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak menyerukan sanksi lebih tegas terhadap Teheran.

"Kesuksesan peluncuran satelit memperkuat kesuksesan teknologi yang dimiliki Iran," paparnya. Dia juga menyatakan, hal tersebut terkait penguatan potensi kekuatan militer dan sebagai alat intelejen. Menlu AS Hillary Clinton langsung mendiskusikan hal penting tersebut dengan Menlu Inggris David Miliband.

Satu hari pascapeluncuran satelit, AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman, dan China langsung berkumpul membicarakan masalah program nuklir Iran di Wiesbaden, di luar Frankfurt, Jerman. Sayang belum ada komentar dari berbagai delegasi pemerintahan mengenai perundingan tersebut.

BBC melaporkan, AS dan sekutunya khawatir bahwa Iran memiliki kemampuan pengembangan rudal. Pasalnya, ada sedikit perbedaan antara peluncuran satelit dan rudal balistik jarak jauh. Jelas itu menjadi ancaman nyata, apalagi sistem pertahanan rudal AS di Eropa tengah belum terealisasi.

Bisa jadi langkah Iran tersebut menjadi halangan bagi Obama untuk membuka hubungan dialog dengan Teheran. Juru Bicara Deplu Iran Hassan Ghashghavi mengatakan, peluncuran satelit tersebut tidak bertujuan untuk kepentingan militer.

Sabtu, 24 Januari 2009

MER-C Teken MOU dengan Menkes Palestina



Melihat kondisi fasilitas medis di Gaza City yang hancur, Tim MER-C berinisiatif untuk membantu pembangunan fasilitas medis (Rumah Sakit) di wilayah ini dengan menggunakan donasi dari masyarakat Indonesia.

Inisiatif ini mendapat sambutan yang sangat baik dari Pemerintah Palestina, sehingga pada hari Jumat/23 Januari 2009 pukul 17.00 waktu setempat Tim MER-C telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Rencana Pembangunan Rumah Sakit permanen di Gaza City dengan Menteri Kesehatan Palestina, dr Bashim Naim yang juga disaksikan.oleh ulama-ulama Palestina. Pemerintah Palestina juga akan memberikan tanah bagi pembangunan Rumah Sakit ini.

Dalam penandatanganan tersebut, Tim MER-C diwakili oleh dr Sarbini, sementara dr Joserizal Jurnalis, Sp.OT mewakili masyarakat Indonesia. Penandatanganan ini juga turut disaksikan oleh sejumlah wartawan Indonesia yang ada di Gaza.

Setelah kepulangan Tim I ke Indonesia yang direncanakan minggu depan, MER-C akan berkoordinasi lebih lanjut mengenai program ini dengan Menteri Kesehatan RI, sekaligus membicarakan kemungkinan penggabungan dana bantuan masyarakat Indonesia dengan Pemerintah RI untuk pembiayaan pembangunan Rumah Sakit. MER-C juga telah membentuk satu Tim khusus untuk menangani Rekonstruksi Pembangunan Rumah Sakit.

Pembangunan RS diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp20 Miliar di luar peralatan medis, sehingga perlu dilakukan penggalangan dana lebih lanjut.

MER-C
Jalan Kramat Lontar No J-157, Senen, Jakarta Pusat 10440
Telp/Fax: 021-3159235/3159256
Call Center: 0811 99 0176
Website: www.mer-c.org(jri)

Jumat, 23 Januari 2009

Ikhwanul Muslimun

Ikhwanul Muslimun



Ikhwanul Muslimin (Arab:الاخوان المسلمون) adalah organisasi Islam Internasional yang berasal dari Mesir. Anggota Ikhwanul Muslimin tersebar di seluruh dunia [1]. Organisasi ini bertujuan untuk mempersatukan umat Islam dalam menghadapi era globalisasi.

Sejarah
Masa-masa awal

Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hassan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September1930[2]. Pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.

Perkembangan 1930-1948

Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin.[3] Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna[4]. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.

1950-1970

Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.

1970-sekarang

Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul Muslimin, dimana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.

Pemikiran

Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam[5]. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat.

Kredo

Ikhwanul Muslimin memiliki kredo berupa:
1. Allah tujuan kami
2. Rasulullah teladan kami
3. Al-Qur'an landasan hukum kami
4. Jihad jalan kami
5. Mati syahid cita-cita kami yang tertinggi
Walaupun begitu, Ikhwanul Muslimin tetap mengikuti perkembangan teknologi dan tidak meninggalkannya. Sebagai organisasi Islam moderat, Ikhwanul Muslimin diterima oleh segala lapisan dan pergerakan. Ikhwanul Muslimin menekankan adaptasi Islam terhadap era globalisasi, bukan berarti umat Islam turut terseret dalam era globalisasi. Ikhwanul Muslimin mengadopsi sebagian besar ajaran Da'wah Salafiyyah.

Pimpinan

Pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid 'Am atau Sekretaris Jenderal. Adapun tugas dari Mursyid 'Am adalah untuk mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Berikut ini adalah daftar Mursyid 'Am yang pernah memimpin Ikhwanul Muslimin:
• Hassan al-Banna (حسن البنا)
• Hassan al-Hudhaibi (حسن الهضيبي)
• Umar Tilmisani (عمر التلمساني)
• Muhammad Hamid Abu Nasr (محمد حامد أبو النصر)
• Mustafa Masyhur (مصطفى مشهور)
• Ma'mun al-Hudhaibi (مأمون الهضيبي)
• Muhammad Mahdi 'Akif (محمد المهدى عاكف)

Ikhwanul Muslimin di Indonesia

Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia, termasuk Agus Salim.
Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat bagi Republik Indonesia[6].
Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi[7].
Partai Masyumi kemudian dibredel oleh Soekarno dan dilarang keberadaannya. Kemudian pada Pemilu tahun 1999 berdiri partai yang menggunakan nama Masyumi, yaitu Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (PPII Masyumi)[8]. Selain itu berdiri juga Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan (PK) yang sebelumnya banyak dikenal dengan jamaah atau kelompok Tarbiyah. PBB mendeklarasikan partainya sebagai keluarga besar pendukung Masyumi[9]. Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi, Partai Keadilan (kini berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera atau PKS) merupakan perpanjangan tangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir yang mewadahi komunitas terbaik kalangan muda intelektual yang sadar akan agama, negeri, dunia, dan zamannya [10]. Namun tulisan ulama yang kini bermukim di Qatar itu belum pernah mendapat konfirmasi dari para pengurus DPP PKS [11]. Jika dilihat dari Piagam Deklarasi PKS [12] dan AD/ART PKS [13] [14], PKS tidak pernah menyebutkan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin.
Selain partai-partai di atas, ada juga ormas Islam di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin ini, paling tidak itu terlihat dari nama ormas tersebut. Ormas yang dimaksud, antara lain adalah Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) yang berafiliasi ke PPP, dan Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI). Parmusi saat ini diketuai oleh Bachtiar Chamsyah[15]. Sedangkan IMI yang dideklarasikan di Depok pada tahun 2001, diketuai oleh Habib Husein Al Habsyi[16].
Lalu pada Pemilu tahun 2004, Partai Masyumi Baru dan PPII Masyumi tidak dapat mengikuti pemilu lagi karena tidak lolos electoral threshold. Partai Masyumi Baru bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)[17]. PBB masih dapat terus mengikuti pemilu[18]. Sedangkan PK mengikuti Pemilu 2004 setelah berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah pemilu 2004, PBB terancam tidak dapat mengikuti pemilu 2009 karena tidak lolos electoral threshold. Sedangkan PKS dan PPP masih dapat terus mengikuti pemilu 2009 karena lolos electoral threshold.
Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada organisasi-organisasi di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Jika diringkas, organisasi di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin antara lain:
1. Partai Masyumi
2. Partai Masyumi Baru (1998)
3. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998)
4. Persaudaraan Muslimin Indonesia
5. Partai Bulan Bintang (1998)
6. Partai Keadilan (1998)
7. Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001)
8. Partai Keadilan Sejahtera (2002)

Abdullah Yusuf Azzam

Abdullah Yusuf Azzam



Dr. Abdullah Yusuf Azzam (1941–1989), juga dikenal dengan nama Syekh Azzam, adalah seorang figur utama dalam perkembangan pergerakan Islam. "Ratusan tulisan dan pidatonya mampu menghidupkan ruh baru dalam diri ummat. Seolah-olah beliau dipilih Allah SWT untuk menegakkan kembali kewajiban yang telah dilupakan sebagian besar ummat Islam, yaitu jihad." Demikian komentar DR. Dahba Zahely, cendekiawan Muslim Malaysia tentang DR Abdullah Azzam. Komentar senada juga datang dari cendekiawan dan ulama dari berbagai negara.

Pendidikan dan Masa Muda
Syekh Azzam lahir pada tahun 1941 di desa As-ba'ah Al-Hartiyeh, provinsi Jenin di sebelah barat Sungai Yordan. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan lanjutan di desanya, dia melanjutkan ke Khadorri College di dekat kota Tulkarem dan mengambil jurusan pertanian. Setelah wisuda Syekh Azzam bekerja sebagai seorang guru di desa Adder, Yordania. Kemudian ia di Sharia College pada Universitas Damaskus di mana ia memperoleh gelar B.A. pada tahun 1966. Setelah tahun 1967 pada Perang Enam Hari dan Israel menduduki Tepi Barat, Syekh Azzam pindah ke Yordania dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin Palestina.
Shaikh Azzam pergi ke Mesir untuk melanjutkan studi Islam di Universitas Al-Azhar Kairo dan mendapat gelar master di bidang syariah. Ia kembali ke mengajar pada Universitas Jordan di Amman dan pada tahun 1971, Syekh Azzam kembali ke Universitas Al-Azhar dan memperoleh Ph.D dalam bidang Ushul Fiqh pada tahun 1973.

Salah Seorang Tokoh Penggerak Jihad
Pada tahun 1980 ia pindah ke Peshawar. Di sana ia mendirikan Baitul Anshar, sebuah lembaga yang menghimpun bantuan untuk para mujahid Afghan. Ia juga menerbitkan sebuah media Ummah Islam. Lewat majalah inilah ia menggedor kesadaran ummat tentang jihad. Katanya, jihad di Afghan adalah tuntutan Islam dan menjadi tanggung jawab ummat Islam di seluruh dunia. Seruannya itu tidak sia-sia. Jihad di Afghan berubah menjadi jihad universal yang diikuti oleh seluruh ummat Islam di pelosok dunia. Pemuda-pemuda Islam dari seluruh dunia yang terpanggil oleh fatwa-fatwa Abdullah Azzam, bergabung dengan para mujahidin Afghan.
Jihad di Afghanistan telah menjadikan Abdullah Azzam sebagai tokoh pergerakan jihad zaman ini. Ia menjadi idola para mujahid muda. Peranannya mengubah pemikiran ummat Islam akan pentingnya jihad di Afghanistan telah membuahkan hasil yang sangat mengagumkan. Uni Sovyet sebagai negara Adidaya harus pulang dengan rasa malu, karena tidak berhasil menduduki Afghanistan.
Abdullah Azzam telah berhasil meletakkan pondasi jihad di hati kaum muslimin. Penghargaannya terhadap jihad sangat besar. "Aku rasa seperti baru berusia 9 tahun, 7 setengah tahun jihad di Afghan, 1 setengah tahun jihad di Palestina dan tahun-tahun yang selebihnya tidak bernilai apa-apa," katanya pada seuatu ketika. Ia juga mengajak keluarganya memahami dan memiliki semangat yang sama dengan dirinya. Isterinya menjadi pengasuh anak-anak yatim dan pekerja sosial di Afghanistan.
Komitmen Abdullah Azzam terhadap Islam sangat tinggi. Jihad sudah menjadi filosifi hidupnya. Sampai akhir hayatnya, ia tetap menolak tawaran mengajar di beberapa universitas. Ia berjanji terus berjihad sampat titik darah penghabisan. Mati sebagai mujahid itulah cita-citanya. Wajar kalau kemudian pada masa hidupnya dialah tokoh rujukan ummat dalam hal jihad. Fatwa-fatwanya tentang jihad selalu dinanti-nantikan kaum muslimin.

Wafatnya
Beberapa kali Abdullah Azzam menerima cobaan pembunuhan. Sampai akhirnya ia dibunuh pada hari Jumat, 24 November 1989. Tiga buah bom yang sengaja dipasang di gang yang biasa di lewati Abdullah Azzam, meledak ketika ia memarkir kendaraan untuk shalat Jumat di peshawar, Pakistan. Sheik Abdullah bersama dua orang anak lelakinya, Muhammad dan Ibrahim, meninggal seketika. Kendaraan Abdullah Azzam hancur berantakan. Anaknya, Ibrahim, terlempar 100 meter begitu juga dengan lainnya. Tubuh mereka juga hancur. Namun keanehan terjadi pada Sheikh Abdullah Azzam. Tubuhnya masih utuh bersandar pada sebuah tembok. Hanya sedikit darah yang mengalir dari bibirnya. Dalam peristiwa itu juga terbunuh anak lelaki al-marhum Sheikh Tamim Adnani (seorang perwira di Afghan).

Selasa, 20 Januari 2009

Profil Syekh Ahmad Yasin



Syekh Yasin, nama lengkapnya Syekh Ahmad Ismail Yasin lahir tahun 1938 di desa Al-Jura, sebelah selatan kota Gaza, syahid pada saat sedang puasa sunah Senin- Kamis, hari Senin, 1 Shafar 1425 H/ 22 Maret 2004 M karena dihantam rudal penjajah Zonis Israel setelah melaksanakan sholat subuh berjama’ah di masjid Al-Mujama’ Al-Islami, Gaza.

Syekh Ahmad Yasin merupakan tokoh spiritual gerakan Hamas, Qiyadah/ pemimpin bagi pejuang dan rakyat Palestina melawan penjajah Zionis Israel.

Walaupun usianya uzur, kondisi tubuhnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki, setiap hari harus menggunakan kursi roda, tidak menghalangi beliau untuk berdakwah, memimpin dan membina umat, rakyat Palestina khususnya di Gaza.

Beliau memiliki ‘izzah/ kemuliaan sehingga disegani dan dicintai kawan, ditakuti lawan dalam hal ini penjajah Zionis Israel.

Sebagai tokoh spiritual dan qiyadah dalam perjuangan, Syekh Ahmad Yasin banyak memberikan keteladanan bagi pengikutnya dan rakyat Palestina, juga bagi umat Islam yang rindu syahid di jalan Allah.

Dalam suatu khutbahnya, Syekh Ahmad Yasin pernah berkata: Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemmpinan yang berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, prilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilih Allah atau binasa!
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS: Al-Imran/3: 126).

Suatu ketika ada seorang penganut Kristen di kota Ramallah, Tepi Barat, Bassam Hana Rabbah namanya. Dia datang menemui Syekh Ahmad Yasin untuk mengadukan permasalahannya karena ada seseorang di Gaza melakukan penipuan terhadap dirinya.

Syekh Ahmad Yasin yang juga pimpinan Dewan Islah (perdamaian) dengan bijaksana mampu mendamaikan antara Bassam Hana Rabbah seorang Kristen dengan seseorang yang telah melakukan penipuan.

Syekh meresponnya dengan serius, bahkan mampu bersikap adil terhadapku. Hak-hak saya pun bsa kembali saya nikmati. Sebagai tanda terima kasih, sebagian hartaku diberikan kepada Dewan Islah, tutur Hana Rabbah.

Sebagai seorang Qiyadah/pemimpin, Syekh Ahmad Yasin tidak cinta dunia, tidak gila harta, bahkan kehidupannya sangat sederhana.

Mariyam Ahmad Yasin menceritakan tentang sikap hidup ayahnya:
Rumah ayah terdiri dari 3 kamar dengan jendela yang sudah rapuh. Rumah ini sangat sederhana sekali. Ini fakta bahwa ayahku tak cinta dunia, namun cinta akhirat.

Banyak yang menawari beliau untuk memiliki rumah seperti pejabat tinggi negara, namun ditolaknya. Bahkan pernah suatu ketika, Pemerintah Otoritas Palestina memberi sebuah rumah besar di suatu kampung mewah di Gaza, . Namun Tawaran itupun di tolak, ia tidak peduli dengan berbagai ragam bentuk kesenangan duniawi.

Rumah ini sangat sempit. Tidak ada lantai, dapurpun ala kadarnya. Jika musim dingin, kami kedinginan. Namun jika musim panas tiba, kami pun kepanasan. Ayah sama sekali tidak memikirkan untuk merenovasi rumahnya. Ia justru sibuk mempersiapkan rumah di akhiratnya. Adapun kondisi psikis, Alhamdulillah, kami cukup sabar, karena kami percaya. Insya Allah, kami akan melihatnya lagi di surgaNYa nanti. Untuk itulah kami juga sangat berharap bisa mati syahid seperti beliau.

Jika Syekh Ahmad Yasin ingin kaya, harta menumpuk, rumah mewah bertingkat, mobil mengkilat lebih dari empat, makanannya serba lezat, semuanya bisa saja beliau dapatkan, bukankah beliau mempunyai pengikut yang taat, kedukukan yang memikat, akan tetapi semuanya itu tidak beliau lakukan untuk memperkaya diri di tengah pengikut dan rakyatnya yang sedang sengsara dan menderita, akibat penjajah, sekali lagi tidak!
Syekh Ahmad Yasin memiliki iman dan perasaan yang tinggi, beliau sangat cinta dan peduli kepada umat yang pada hakekatnya adalah umat Nabi Muhammad saw.

Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS:An Nisaa/4: 69).

Apakah kita semua telah meneladani beliau yang hidup sebagaimana kehidupan Rasul SAW dan para shahabatnya? Yang lebih mencintai akherat ketimbang kehidupan dunia yang murah dan menipu? Yang lebih menyukai debu-debu jihad daripada mobil-mobil mewah mengkilat? Di manakah kita sekarang?

Senin, 19 Januari 2009

HAMAS (Harakat Al-Muqawwamatul Islamiyyah)

Hamas
حركة المقاومة الاسلامية

Pemimpin : Khaled Mashaal
Ismail Haniyah
Mahmoud Zahar

Dibentuk 1987
Markas Gaza



posisi politik : Nasionalisme Palestina,
Sunni Islamisme,
Nasionalis Religius

Afliasi Internasional : Ikhawanul Muslimin

Hamas, akronim dari Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (bahasa Arab:حركة المقاومة الاسلامية , secara harfiah "Gerakan Perlawanan Islam" dan kata Arab untuk 'ketekunan'), adalah sebuah gerakan dan partai politik Palestina berhaluan Islamis yang dibentuk pada tahun 1987 untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel di Palestina. Pada tahun 2006, partai ini memenangkan pemilu parlemen Palestina. Sejak awal Februari 2007, kelompok ini terlibat konflik dengan kelompok Fatah akibat kekalahan kelompok Fatah di pemilu parlemen 2006.
selain partai politik, HAMAS juga merupakan lembaga sosial(firqah ijtima'iyyah)

Sejarah

Syekh Ahmad Yassin, seorang guru kelahiran 1 Januari 1929, yang mencatatkan organisasi Mujama al-Islami Hamas ini secara legal di Israel pada 1978. Ia berpijak ke Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan al-Banna pada 1928 di Mesir. Pemerintah Israel kala itu justru menyokong Hamas, yang hanya berkutat di bidang sosial, moral, dan pendidikan. Tel Aviv juga memanfaatkan Hamas untuk menyaingi kepopuleran Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat.
Berkembang sebagai organisasi karitas, Hamas diam-diam juga berkembang sebagai organisasi bersenjata. Hal ini baru terkuak di akhir 1987. Yassin, alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir, meluncurkan Harakat Muqawama al-Islamiya — disingkat Hamas —yang berarti Gerakan Perlawanan Islam.
Tujuan pendirian Hamas dicantumkan di aktanya: "mengibarkan panji-panji Allah di setiap inci bumi Palestina". Dengan kata lain: melenyapkan bangsa Israel dari Palestina dan menggantinya dengan negara Islam. Hamas baru ini dibidani Yassin dan tujuh orang berpendidikan tinggi: Abdul Aziz al-Rantissi (dokter spesialis anak), Abdul Fatah Dukhan dan Muhammad Shamaa (keduanya guru), Isa Nashar dan Abu Marzuq (insinyur mesin), Syekh Salah Silada (dosen), dan Ibrahim al-Yazuri (farmakolog).
Peluncuran Hamas menemukan momentumnya dengan kebangkitan Intifadah I, yang bergolak di sepanjang Jalur Gaza. Anak-anak Palestina tak gentar melawan tentara Israel dengan batu-batu sekepalan tangan. Sejak itu, sayap-sayap militer Hamas beroperasi secara terbuka. Mereka meluncurkan sejumlah serangan balasan termasuk bom bunuh diri ke kubu Israel.
Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Deklarasi Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai. Hamas tidak menyetujui perjanjian ini.
Pada Januari 2006, Hamas melangkah ke arena politik formal. Secara mengejutkan, mendulang kemenangan meraih 76 dari 132 kursi dalam pemilihan anggota parlemen Palestina. Hamas mengalahkan Fatah, partai berkuasa sebelum pemilu saat itu. Kabinet yang didominasi orang Hamas terbentuk.

Tokoh
• Mahmoud al-Zahar
• Sheikh Ahmed Yassin
• Yahya Ayyash
• Abdullah Yusuf Azzam
• Abdel Aziz al-Rantissi
• Khaled Meshal
• Ismail Haniya

HAMAS حركة المقاومة الاسلامية ( Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah )

Hamas dan Masa Depan Palestina


HAMAS & MASA DEPAN PALESTINA

SIMBOL Pemerintahan Palestina dirudal oleh Israel menjadi topik yang hangat pada minggu terakhir ini. Benar, kantor Perdana Menteri Palestina dihancurkan oleh tentara Israel. Negara zionis ini juga menyerang kantor Departemen Dalam Negeri Palestina dan beberapa sekolahan di Jalur Gaza. Sebelumnya penguasa Israel menahan sejumlah anggota parlemen dan menteri Palestina.

Tidak hanya itu. Pasukan Israel juga menyerang beberapa tempat yang mengakibatkan timbulnya korban masyarakat sipil. Israel berdalih tindakannya itu sebagai balasan terhadap penculikan serdadu Israel, Kopral Gilad Shalit, oleh suatu kelompok Palestina.

Pihak penculik mau melepaskan Shalit, asalkan sekitar 9000 warga Palestina yang ditahan Israel dibebaskan. Tuntutan pembebasan tersebut terutama untuk wanita dan anak-anak. Israel bukannya merundingkan tukar - menukar tahanan, tetapi malah menahan pemimpin Palestina dan merudal beberapa bangunan di Gaza.

Kondisi di atas tentunya tidak menguntungkan bagi nasib perundingan perdamaian Palestina - Israel. Anehnya sikap PM Israel, Ehud Olmert yang keras tersebut didukung oleh Amerika Serikat. Ketika PM Turki, Recep Rayyib Erdogan, menelepon Presiden AS, George W. Bush, untuk membicarakan keadaan di Timur Tengah, Bush menyatakan dukungannya pada posisi Israel.

Tampaknya ulah negara zionis yang didukung oleh AS itu dalam rangka untuk merongrong dan menjatuhkan Pemerintah Palestina yang sah di bawah kekuasaan kelompok Hamas.

Sebagaimana diketahui Hamas memenangkan pemilu anggota parlemen Palestina. Oleh karena pemimpin Hamas, Ismail Haniya, memperoleh kesempatan untuk memimpin Kabinat Palestina. Dia merupakan orang Hamas pertama yang menjadi Perdana Menteri Palestina.

Dalam pemilu yang diselenggarakan pada 25 Januari 2006 itu, Hamas memenangkan kursi parlemen. Dari 132 kursi yang diperebutkan Hamas mengantongi 76 kursi. Fatah yang menjadi rival utamanya hanya memperoleh 43 kursi. Kekalahan Fatah tentunya mengecewakan Presiden Palestina, Mahmud Abbas, yang berasal dari partai tersebut.

Sebenarnya kemenangan Hamas di atas adalah melengkapi kemenangan yang sudah diperoleh sejak setahun sebelumnya. Ketika ada pemilihan Dewan Kota di Gaza, Hamas memenangkan 77 kursi dari 118 kursi yang diperebutkan di Gaza. Hamas menang di 7 wilayah dari 10 wilayah.

Sedangkan kelompok Fatah memperoleh 26 kursi; Barisan Popular mendapatkan 1 kursi; dan sisanya (14 kursi) diperoleh caleg independen. Kemenangan Hamas di Gaza ini menambah kekuatan mereka setelah kemenangan mereka di Tepi Barat pada pemilu lokal yang diselenggarakan pada 23 Desember 2004.

Menurut Pusat Informasi Palestina, COMES, Hamas memenangkan di 13 wilayah dari 26 wilayah yang diperebutkan di Tepi Barat.

Dengan kemenangan tersebut Hamas dianggap oleh masyarakat Palestina sebagai wakil mereka yang diharapkan dapat mewujudkan apa yang mereka cita-citakan.

Masyarakat Palestina tampaknya bosan dengan berbagai upaya perdamaian yang tidak membuahkan hasil secara konkret. Mereka memilih Hamas yang dianggap mempunyai ideologi jelas, yakni memperjuangkan kemerdekaan Palestina berlandaskan panji Islam. Di sisi lain, Hamas dianggap oleh Israel sebagai "biang teror."

Masyarakat Palestina sudah cukup bosan dengan berbagai janji perdamaian yang pernah dilakukan oleh Fatah. Hamas diharapkan oleh masyarakat Palestina dapat membawa semangat baru tentang apa arti sebuah komunitas bangsa. Kekuatan moral politik Palestina tersebut akan bertambah kuat, bila dunia internasional ikut memberikan dukungan. PBB, OKI, dan lembaga dunia yang lain semestinya membantu nasib Palestina dan mengecam Israel.

Berbagai bom yang menewaskan warga Israel dianggap sebagai buah karya Hamas. Pemerintah Israel ingin "melenyapkan" Hamas, sehingga para pemimpin mereka diburu untuk dihabisi.

Mengapa kelompok Hamas yang memenangkan pemilu Palestina secara demokratis, terus dimusuhi oleh Israel dan juga oleh Amerika Serikat? Apakah mungkin Hamas dapat meneruskan untuk menahodai pemerintahan Palestina?

Pro-Kontra

Kemenangan Hamas pada pemilu legislatif tersebut mendapatkan sambutan yang beragam. Negara-negara Barat merasa cemas dengan kemenangan itu. Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, menyatakan tidak akan berhubungan dengan Hamas, hingga kelompok itu tidak lagi memerangi Israel.

Perdana Menteri Prancis Dominique de Villepin, mengaku prihatin dengan hasil pemilihan di Palestina. Sedangkan juru bicara Perdana Menteri Inggris Tony Blair menyatakan, pemerintah Inggris siap berhubungan dengan Hamas setelah kelompok itu mencabut dukungannya kepada kelompok teroris (Tempo Interaktif, 1 Februari 2006). Sebaliknya Rusia memberikan selamat kepada Hamas atas kemenangan dalam pemilu tersebut. Presiden Rusia, Putin, bahkan mengundang pemimpin Hamas untuk membahas kelanjutan proses perdamaian Palestina-Israel.

Sementara itu dunia Arab mendukung kemenangan Hamas. Mereka menginginkan berbagai pihak termasuk Israel dan negara-negara Barat, menghargai demokrasi yang ada di Palestina. Kemenangan Hamas adalah kehendak rakyat Palestina yang mesti dihormati. Di samping itu para pemimpin dunia Arab juga menghimbau pemimpin Palestina untuk tetap berkomitmen terhadap proses perdamaian yang tengah berjalan.

Mereka mengharapkan Hamas mengubah cara perjuangan kemerdekaan Palestina. Diplomasi adalah cara yang mereka menginginkan. Dengan demikian, cara kekerasan perlu ditinggalkan.

Sebenarnya keikutsertaan Hamas dalam pemilu di Palestina sudah menunjukkan bahwa mereka sudah mengubah strategi dari cara "jalanan" menuju cara "gedongan" dengan penguasaan parlemen Palestina. Perubahan itu tidak begitu dilihat oleh Israel maupun oleh Amerika Serikat. Mereka tetap curiga pada perilaku politik Hamas yang dianggapnya "teroris."

Sebagai negara yang kampiun demokrasi, semestinya Amerika Serikat dapat melihat bagaimana demokrasi telah berjalan dengan baik di Palestina. Masyarakat dan elite Palestina telah memilih memimpin mereka. Dan Hamaslah yang menjadi pilihan mereka. Kelompok Fatah yang menjadi rival utama Hamas dan kelompok lain di Palestina telah menerima hasil pemilu dengan baik. Tetapi rupanya Israel dan AS tidak mau menghormati kemenangan Hamas. Berbagai usaha dilakukan untuk menghambat perjalanan pemerintahan

Palestina di Bawah Hamas

Kedua negara agresor itu khawatir dengan kekuatan moral politik Hamas. Mereka tahu Hamas mempunyai kekuatan yang luar biasa secara moral. Memang Hamas telah menggalang kekuatan moral dari kalangan masyarakat paling bawah. Pembinaan dilakukan melalui "pengajian" dari satu tempat ke tempat yang. Dari hari ke hari kelompok itu semakin banyak yang kemudian membentuk suatu kelompok yang lebih besar. Kelompok "pengajian" akhirnya menjelma menjadi kelompok politik besar yang dapat mengalahkan "saudara tuanya" yakni Fatah.

Perkembangan itu akan merepotkan Israel dan AS. Mereka khawatir pengalaman Hamas akan ditiru oleh kelompok-kelompok lain di berbagai negara yang dapat merugikan kepentingan Israel dan AS.

Memang sejak dari awal kelompok Hamas ini sulit disusupi oleh kepentingan Israel maupun AS. Itu berbeda dengan Fatah yang telah dikooptasi dengan berbagai pemberian oleh AS yang akhirnya menjerumuskan sebagian pemimpin Fatah dalam kasus korupsi. Kasus itu sendiri tampaknya sengaja dibiarkan terjadi dalam tubuh Fatah sebagai bagian dari pembusukan dari dalam. Dan, memang akhirnya kelompok Fatah larut dalam permaian Israel dan AS itu.

Karena Hamas sulit ditaklukkan, maka Israel berusaha unjuk kekuatan fisik dengan menyerang berbagai fasilitas Palestina. Pembangkit tenaga listrik di Gaza, kantor pemerintahan, dan juga gedung sekolah menjadi sasaran tentara zionis. Maksud utamanya jelas ingin melemahkan pemerintahan. Israel akan terus unjuk kekuatan di hadapan Hamas sampai AS menghentikan dukungannya. Kasus penculikan kopral Israel itu hanyalah dalih yang dijadikan negara zionis itu untuk melemahkan dan menggoyang Hamas.

Ironi memang, suatu kemenangan yang diperoleh secara demokratis, akhirnya akan diruntuhkan oleh negara yang mengaku kampiun demokrasi. Tetapi apakah goyangan terhadap Hamas itu akan berhasil? Bila melihat kekuatan moral politik dari dalam negeri Palestina sendiri, maka Hamas akan tetap dapat bertahan. Masyarakat Palestina sudah cukup bosan dengan berbagai janji perdamaian yang pernah dilakukan oleh Fatah. Hamas diharapkan oleh masyarakat Palestina dapat membawa semangat baru tentang apa arti sebuah komunitas bangsa. Kekuatan moral politik Palestina tersebut akan bertambah kuat, bila dunia internasional ikut memberikan dukungan. PBB, OKI, dan lembaga dunia yang lain semestinya membantu nasib Palestina dan mengecam Israel.

Dari sisi Indonesia semestinya pemerintah dan masyarakat tidak berpangku tangan melihat rakyat Palestina yang terus menderita. Pernyataan simpati saja tidaklah cukup. Perlu ada tindakan lebih konkret untuk dapat meringankan beban negara itu. Ini artinya Indonesia tidak perlu memberikan angin kesempatan kepada Israel yang memungkinkan terlukanya perasaan Palestina.

Misalnya saat ini sebaiknya Indonesia tidak perlu mengirimkan Tim Fed Cup ke Tel Aviv yang direncanakan memainkan play-off tenis group II dunia melawan negeri zionis itu pada tanggal 15-16 Juli 2006. Hubungan yang tengah memburuk antara Palestina dan Israel akan memancing reaksi negatif masyarakat Indonesia bila Tim Fed Cup Indonesia nekat bertanding di Tel Aviv.

Jangan Sebut Palestina Tapi Gaza

Jangan Sebut Palestina Tapi Gaza..
Berjuanglah Atas Nama Allah SWT.
Anak-Anak Palestina, Kami ada dibelakang Kalian..



WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Minggu, 18 Januari 2009

nich ada lagi kisah pahit
nich kisah bener-bener pahit banget
baca deh..
pahit... banget..




CINTA TAK TERBALASKAN

Kembali jalan setapak itu kulalui. Harum semerbak bunga melati yang tersentuh embun pagi menelusuk hidungku. Kapling-kapling kehancuran hati mulai terpendam dalam keheningan. Semuanya telah terjadi. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Semua tak akan mengerti. Semua kebahagianku kini hanya kenangan. Kerikil-kerikil tajam harus kutempuh untuk mencapai tujuanku. Dalam perjalanan langkahku terhentak di sebuah pohon beringin yang rindang. Pohon itu kelihatan tenang menyimpan sejuta kenangan. Ia hanya menjadi saksi bisu atas pahitnya penderitaanku. Di bawah pohon itu aku duduk dan mengenang semua kejadian yang menggilas hidupku.

“Jesika…Jesika… tunggu… !” teriakku seakan menyuruhnya berhenti. Ia berpaling dan bingung sendiri melihat tingkahku yang penuh semangat dan aneh. Aku berdiri disampingnya dan berjalan menuju pintu gerbang sekolah.

Waktu itu kira-kira 10 menit lagi pukul tujuh. Kami duduk diserambi kelas tanpa berbicara sedikitpun. Aku hanya memandang wajahnya yang bersih, cantik, dan bercahaya. Aku begitu menyayangimu, kataku dalam benakku. Tapi, aku tak punya keberanian untuk mengungkapkannya.

“Hi… pagi-pagi gini kok dah ngelamun?”

“Nggak…nggak ada apa-apa kok…?

“Jes, nanti siang kita pulang bareng, bolehkan?” kataku dengan penuh keragu-raguan.

Ia hanya membalas dengan senyuman. Aku tertegun seketika, berarti ia setuju.

Teng…teng…teng…, lonceng sekolah berbunyi. Aku masuk ke kelas dan duduk di bangku paling depan. Sejak awal aku tahu mengapa hatiku selalu gelisah. Aku terus membayangkan apa yang akan terjadi. Mengapa aku tak berani mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Sampai kapan aku harus menahan gejolak hati ini. aku tak bisa begini terus. Aku tahu dia juga memiliki perasaan yang sama seperti aku.

Sesekali kupandang ke depan. Seorang guru yang gendut, jelek bagaikan buldoser terlihat sedang menerangkan pelajaran yang terlalu sulit kupahami. Ia hanya menambah beban hidupku. Pelajarannya begitu membosankan monoton dan sulit kupahami. Aku muak dengan semua ini. aku hanya bisa duduk manis dengan pandangan terarah ke depan. Aku tak bisa konsentrasi dengan pelajaannya.

Seketika itu pula terlintas bayangan wajahnya. Aku begitu merindukannya. Aku tak bisa lagi menahan gejolak cinta yang membuatku gelisah. Aku begitu takut kehilangan dirinya. Lamunanku terus berlanjut hingga bel pulang berbunyi. Aku tersadar dan langsung menemui Jesika di kelasnya.

“Jes, jadikan pulang bareng?” kataku dengan penuh keraguan.

Ia hanya membalasnya dengan senyuman. Kamipun mulai menyelusuri jalan kecil beraspal tanpa berbicara sedikitpun. Mungkin rasa malu masih menghantui pikiran kami. Hingga langkah kami pun terhenti di sebuah pohon beringin. Pohon itu memberikan suasana sejuk bagi kami berdua. Kami duduk berdekatan tepat di dekat pangkal pohon itu.

Di sini aku mulai memecahkan kesunyian dan bertanya,

“Bagaimana pelajaranmu di sekolah.”

Aku tak tahu apa yang hendak aku katakan. Ini adalah pengalaman pertamaku mengajak seorang gadis berdua. Kemudian ia menjawab dengan penuh keramahan.

“Biasa-biasa saja, sama seperti hari sebelumnya”.

“Ooo”, jawabku”.

Hatiku mulai tidak tenang. Perasaanku sangat takut. Hati kecilku berkata, “Aku takut kehilangan dirinya”. Tapi perasaanku itu kuabaikan begitu saja. Waktu itu kira-kira pukul 12.30. Aku mulai mengutarakan seluruh isi hatiku padanya. Ia hanya tertegun melihat wajahku yang bimbang dan penuh harapan. Aku mulai menjamah tangannya dan berkata:

“Jes, aku sangan menyayangimu, maukah kamu jadi pacarku?”

Ia menjadi bertambah bingung dengan sikapku pada saat itu. aku memandang wajahnya dengan penuh harapan. Ia kelihatan bingung mempertimbangkan apa yang harus ia katakan padaku. Aku yakin bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama seperti aku. Tapi, ia hanya malu mengutarakannya.

“Aku belum bisa menjawabnya sekarang, beri aku waktu 2 hari untuk memikirkannya matang-matang”, katanya dengan penuh pertimbangan.

Aku hanya mengiakan perkataannya. Kamipun pulang menyelusuri jalan yang mulai agak ramai dangan kendaraan. Ia kelihatan melamun memikirkan sesuatu. Ia tidak lagi memperdulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Ketika hendak menyeberangi jalan tiba-tiba sebuah mobil sedan datang dari arah kanannya dan menyambut tubuhnya. Sambarannya sangat dahsyat, hingga tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Semuanya menjadi kalang kabut. Aku tidak peduli lagi sendu yang terjadi di antara kekacauan. Aku berlari menghampirinya yang penuh berlumuran darah.

“Bertahanlah Jes… kamu pasti selamat”.

Aku memangku tubuhnya dan berharap ia akan bertahan. Tetapi semua terjadi begitu cepat. Tubuhnya membujur kaku menunjukkan ketidakberdayaannya. Tanpa kusadari genangan air mata mengucur deras. Semua terasa pedih dan menyakitkan. Aku sangat menyesal membiarkan dirinya pergi sendiri. Aku sangan egois.

Semuanya kini telah terjadi. Kini ia pergi meninggalkan aku dalam kesendirian. Nasib begitu kejam menghancurkan kebahagianku.


By: Arie Kristanto

Probatorium B 2007-2008

Jumat, 16 Januari 2009

nich cerite sedih banget deh...
tuh cewe kasian deh,, dalam banget,, lubayangin deh...
parah...
yah walau cuma jadi orang ketiga cuma gimana y...
ikutin ja deh ceritanya..



Perjalanan ini terasa sangat jauh dan melelahkan… Pikiranku melayang pada bayang seorang Pria yang pernah aku cintai. Semua kisah cinta ini bak piringan hitam yang berputar ulang, berputar ulang…. Aku ingat pada semua yang sudah aku lalui bersama nya..

Pertemuanku dan dia terjadi begitu saja, dan entah sebab apa aku dan dia jatuh cinta. Hari-hari terasa sempit untuk cinta kami, setiap saat setiap waktu kami ingin selalu bertemu. Jutaan kata cinta kami rangkai, Ribuan harapan kami susun tinggi, walaupun kami tahu rangkaian itu dan susunan itu akan hancur musnah dalam sekejab…….

Dunia terasa hanya milik aku dan dia… semua indah… semua indah… semua indah….

Namun….

Seperti daun jatuh dari pohon saat musim gugur… Cinta kami berguguran…. semakin batas antara kami terenggang, semakin jarak menjauh…

Aku sadari… aku tidak mungkin memilikinya… aku hanya bisa memiliki cinta nya… Aku sadar aku harus segera pergi, pergi menjauh dari cinta yang memabukkan ini… AKu tidak ingin melukai hati orang lain, apalagi mengobrak-abrik taman cinta yang telah dia susun… Ya.. dia susun jauh sebelum mengenalku…

Karena aku hanya orang ketiga…..
sory baru ngisi cerpen n..
nich cerite bener terjadi sama kawan gw kesian deh..
tapi gw salut sama kawan gw dia ga nyerah lho...
ikutin deh cerpen n...
sippp bngt.



cinta diantara 2 pulau Cerpen Cinta dari coboy

Ini kisah nyata yg gw alami,percintaan yg gw lakonin dengan seornag cwe....yg cantik bngt...gw kenalan ma dia lewat tlp.Sebenarnya sih gw ma dia satu daerah...cuman lom prn ketemu..karena gw tinggal di rantau sementara dia didaerah asal..tp gw kenal bngt ma nyokapnya.....Klo dia ...sebagian bsr kluarga gw dia kenal.
Awalnya sih...biasa aja....tapi entah kenapa....perasaan kami tumbuh jadi benih2 cinta...

Dan pada akhirnya kita berdua sepakat buat jadian.Awalnya....kita berdua...ga prn putus komunikasi...bisa dibilang dalam sehari gw biasa nelpon dia..smapai beberapa kali...blom lagi smsan.Pokoknya...ga kebayang deh,,,bakal berakibat Fatal buat gw...

Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan....Hubungan kami bejalan baik.Komunikasi tetap lancar bak air sungai yg ga perna kering, mengalir terus.

Sampai pada suatu hari,Aku nelpon nyokap,dan aku beritahu mama soal hubungan aku ma Dia.Dan ternyata nyokap gw dukung 100% bahkan Nyokap janji kan ngelamar dia cepat2 buat Gw.Aku senang bngt mendengarnya...soalnya Dia cwe idaman gw bngt.dimata gw dia perfect bngt.

Setelah pembicaraan gw ma nyokap,aku mulai menunggu informasi selanjutnya dan tetap berharap,kami segera....resmi jadi pasangan.

Tapi harapan gw sia2 hati gw hancur bngt,sampai aku ga bisa tidur,ga selera makan,Gimana nggak,om gw yg wakilin bokap gw telpon n marah2 n caci maki gw.Sejak itu jg gw sepertinya ga ada semangat hidup,semuanya serba ga jelas buat gw,hal yg indah jadi suram hal yg bagus jadi jelek yg enak jadi sepat,yang manis jadi pahit,ituilah yg kurasain sejak Aku dimarahin.

Tapi kami berdua mencoba....untuk tidak peduli dengan semua itu.Karena prinsip gw bukan oprng orang lain yg akan menjalani sekalipun itu ortu.

Pada suatu hari,pacar gw pamit pulang kampung buat liburan.Sempat dia beerjanji ma gw ga bakalan berubah apapun yg dia dengar dia kampung.Akupun Makin yakin bakal tetap sama2 dia.Selama Dia liburan, aku dengan sabar menanti,walaupun sepi bngt rasanya tanpa Dia.

Saatnya balik dari kampung,Dia sama sekali ga menunjukkan perubahan.Akupun semakin yakin,bahwa kami kan tetap sama menjalani hubungan kami sampai kami resmi nikah....walaupun tanpa restu bokap gw.Emang kami dari awal rencana Nikah diam2 aja Kalo misalnya tidak direstui.

Dua hari semenjak Dia pulang dari kampung,Dia masih tetap seperti biasa,tidak ada perubahan apa,romantis,sayang2an ma gw,pokoknya ga kebayang deh bakal berahir sedih bngt.Sampai pada hari ketiga,sepulang dari kampung,sekitar jam 2 siang dia masih sms aku mesra bngt,dan sms itu gw masih simpan sampai sekarang.Tapi tiba2 sore hari Dia sepertinya jutek sama gw,alasannya sih....sakit kepala.Ok lah gw maklum,krn dari awal gw selalu pahami dia karena gw sayang bngt ma dia.

Keesokan harinya,Ada orng ketiga Diantara hubungan gw ma dia.Awalnya sih gw ga percaya...karena setahu gw cwo itu hanya ngarep ma pacar gw,,,,Tapi dugaan gw salah...pacar gw sendiri ang sms gw bahwa gw ga boleh hubungin dia lagi.

"Emangnya kenapa?" tanya ku,Dia bilang keluargaku bilang kita harus tau diri karena keluarga pihak laki2 ga setuju ma hubungan kalian.Aku masih mencoba meyakinkan bahwa aku kan menjalani sama dia bukan keluarga gw. Tpi dia bilang sebuah Hubungan harus ada restu dari kluarga....sejak itu...luka hati gw mulai terkoyak lagi...sampai sekarang...dan parahnya lagi....setiap tengah malam dan pagi hari aku selalu keingat sama dia,dan karena hal itu aku jadi pucat,kurus,malas ngapa2in,malas makan,jarang senyum...Tapi aku janji....akan terus berusaha memperjuangkan cinta gw sampai gw bisa bersatu ma pilihan gw.Gw hanya bisa terus berharap....dan hanya waktu yg kan bisa menjawabnya....

Bagi pembaca yg punya solusi mohon bantuannya...gw mesti ngapain....karena gw ga kan perna cari cwe lain.....hanya dia di hati gw selamanya.......

Kamis, 15 Januari 2009

Cinta vs Ayahku


Oleh : Rika Komariah

Allahu akbar….. Suara adzan subuh bergema di telingaku, mataku pun terbencalak tak sabar untuk melihat dunia hari ini, apalagi hari ini adalah hari pahlawan. Kuambil air wudhu dan segera kutunaikan shalat.

Sehabis shalat, aku bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu bersiap untuk memulai hariku seperti biasa.

Aku sadar banyak teman-temanku yang menghinaku hanya karena motor bututku ini. Tapi untungnya aku masih bisa meraih cinta seorang bidadari cantik di sekolahku.

Hari ini ada pelajaran sejarah. Aku suka itu karena aku sangat mengidolakan para pahlawan negeri ini, terutama ayahku. Ia salah satu pejuang pada masa itu.

Waktu aku kecil dulu, ibuku sering bercerita betapa sulitnya hidup, betapa sulitnya memejamkan mata dan betapa sulitnya melewati hari demi hari.

Sebelum ayahku pergi, ia berpesan pada ibuku agar menyampaikannya padaku. "Jagalah negeri ini, teruskanlah perjuangan ayah,nak..!

* * *

Bel berbunyi, tanda pelajaran dimulai. Aku tersenyum masuk kelas. Good Morning, Min! Salah satu temanku menyapaku dengan bahasa asing yang jelas aku tak suka.

Hee… kita tinggal dimana? Kita itu orang Indonesia dan bahasa kita bahasa Indonesia. Loe ga tahu apa isi sumpah pemuda?.

Alah basi loe Min. Kok mau-maunya Vina pacaran ama Naga Bonar kaya loe, ejeknya padaku.

Loe jangan kurang ajar ya, gue pemuda Indonesia yang punya nasionalisme yang tinggi, ga kaya loe.

Amin, Indah..!!Apa yang kalian ributin sih? Tiba-Tiba suara itu menyeruak di tengah pembicaraan kami seiring tibanya tubuh mungil pemilik suara itu. Ibu Rahmi, guru sejarahku.

Biasa bu, Naga Bonar 3 ceramah, sahut Indah dengan raut muka yang sinis menatapku.

Sudah-sudah, Indah ayo duduk. Sekarang Ibu kasih kalian tugas berkelompok untuk membahas Sudah Merdekakah Indonesia Sekarang Ini? Ibu tunggu presentasi kalian setelah bel pertama berbunyi.

* * *

Teeetteeet, bel pertama berbunyi.

Ok, sekarang kita mulai persentasinya. Kelompok 2, kalian yang pertama. Hatiku pun langsung tersenyum.

Wuuuu. Naga Bonar maju..ha..ha..ha… Ejek Indah yang tak mau kalah.

Aku pun berdiri dengan tegap walaupun pundak ini terasa berat karena aku mempertanggungjawabkan perjuangan ayahku. Teman-Teman, merdeka artinya bebas. Bebas ada yang positif dan negatif.

Indonesia Sudah Merdeka, bahkan terlalu merdeka. Kenapa saya katakan begitu, karena orang Indonesia sekarang begitu bebas dalam mengeluarkan pendapat, bebas bergaul dengan siapa saja, bahkan bebas mengikuti budaya negeri lain.

Apakah tak sedikit pun terbesit di pikiran kita betapa sulitnya para pahlawan memperjuangkan negeri ini, apa kalian tak pernah peduli dengan mereka, padahal tanpa perjuangan mereka, kita tidak mungkin merasakan kebebasan ini. Kita seharusnya meneruskan perjuangan mereka.

Bulu kudukku berdiri seakan ikut membelaku, semua bibir yang ada di hadapku terkantup tak sedikitpun mengeluarkan suara, angin pun berhembus menyapu ketegangan.

Tettet. Bel berbunyi dan dilanjutkan dengan keprokan haru dari tangan-tangan mungil teman-temanku. Aku pun bangga, aku merasa bahwa aku adalah pemuda Indonesia sejati.

* * *

Matahari tepat berada di atas kepalaku, hari sudah menunjukkan pukul 13.00, jam sekolah pun berakhir. Aku memanggil Vina untuk pulang bersamaku. Dia lalu naik di belakangku dan tangannya merangkul pinggangku.

Vin, kamu kenapa kok murung hari ini? Nggak apa -apa kok. Tak terasa roda motorku berhenti karena telah tiba di depan rumah Vina. Dia pun turun dengan muka yang menyimpan tanya.

Aku pun pulang segera. Sesampai di rumah, aku melihat ibuku sedang bersedih, mungkin ia teringat akan ayahku. Sejumlah album photo peninggalan ayahku menjadi tempat tetesan air mata ibuku.

Aku melihat ada photo ayahku bersama seorang temannya yang mukanya mirip ayah Vina. Aku langsung tanyakan pada ibu.

Bu, ini teman seperjuangan ayah kan? Ibuku semakin meneteskan air matanya dan memelukku. Nak, tadinya orang itu sahabat ayahmu, tapi dia penghianat!! Dia yang menyebabkan ayahmu tertangkap dan disiksa oleh penjajah sampai meninggal.

Apa???…Jadi..jadi orang ini yang menyebabkan ayah terbunuh???. Aku pun ikut berapi-api. Tanpa pikir panjang aku langsung meluncur menuju rumah Vina.

Brengsek!!! Kamu penghianat! Vina yang menangis kencang mencoba meleraiku. Sudah Amin,sudah!!cukup!

Ooo, jadi ini yang bikin kamu merasa bersalah sama aku.Ternyata kamu anak penghianat!

Vina melayangkan telapak tangannya ke pipiku, ia menamparku. Gak nyangka Min, kamu bertindak semena-mena tanpa mau mendengarkan penjelasan kami.

Min, sebelumnya Om minta maaf. Tidak semua pernyataanmu itu benar. Om terpaksa memberi tahu Belanda akan keberadaan ayahmu, karena Om diancam, mereka akan mengambil Vina jika Om tidak memberi tahu dimana ayahmu.

Ya Tuhan ku harus bagaimana???.Aku mengadu pada Sang Pencipta. Aku pergi. Aku tak tahu ke mana tujuanku. Hari semakin gelap tertutup awan hitam yang tebal, petir pun sesekali menyambar. Roda motorku membawaku ke makam ayahku. Aku mencurahkan semua yang kurasa.

* * *

Kukuruyuk

Ayam berkokok diiringi dengan dering HPku. Ternyata ibuku yang menelpon. Amin kamu dimana, nak? Vina bunuh diri Min!

Apa???.Apa benar yang dikatakan ibuku?

Aku segera mencari kebenaran itu. Aku kembali ke rumah Vina dan benar adanya.

Vina…! Aku menangis kencang dan ayah Vina menghampiriku.

Min, mungkin ini karma yang Om terima karena dulu telah mempertaruhkan nyawa ayahmu demi Vina. Kini kesalahan Om terbayar.

Aku tak tahu apa yang semestinya kurasakan, antara sedih karena orang yang kucintai meninggalkanku, atau aku bahagia karena dendamku terbalaskan?

Selasa, 13 Januari 2009

Cerpen : Peradilan Rakyat


Peradilan Rakyat

Cerpen Putu Wijaya
Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"

"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"

"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"

"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."

Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?

Senin, 12 Januari 2009

Seorang Menunggunya


ini kisah seorang pemuda yang belakangan ini mengingat kekasihnya yang dulu hilang di telan bumi, dan pemuda itu sekarang sedang mencari-cari di mana kekasihnya berada.

Pemuda itu yakin bahwa pada sesuatu saat nanti kekasihnya akan datang.

Minggu, 11 Januari 2009

Sang Mata Elang


Pangeran mata elang

Dusun Kedungdang pekat malam itu. Pohon-pohon gayam yang menyelimutinya menampakkan bayang-bayang kelam, juga pohon kepel, juga trembesi dan asem. Hanya suara kelelawar menggoyang-goyang buah sawo di pohonnya yang juga gelap. Mungkin akan hujan, mungkin juga tidak, Kedungdang selalu memberikan ketidakpastian, jika hujan hendak turun tiba-tiba mendung pergi seketika, jatuh di tempat lain. Orang selalu bilang orang-orang tua di dusun Kedungdang adalah orang-orang sakti yang setengah dewa, bisa menjadi dukun penolak bala, apalagi hanya hujan, badai dan banjirpun bisa ditolak oleh para sakti di Kedungdang. Juga bisa didatangkan malapetaka itu jika mereka merasa perlu dalam sebuah perlawanan, tidak bisa disebut pawang hujan, karena merekapun juga pandai berperang, bertani dan menjadi pemuja dewa yang patuh.

Tak ada yang tahu, bahwa ada sekelebat bayangan melintas. Cepat seperti burung srikatan. Tak jelas wujudnya, tapi kilauan matanya seperti kilauan mata babi hutan tertimpa sinar bulan di musim kemarau. Tapi dengusnya adalah nafas manusia. Kemudian terdengar suara berderak. Ada pintu rumah terdobrak. beberapa keributan dan teriakan. Dan juga lengkingan. Dan kelebat bayangan dengan sangat cepat melesat pergi dari tempat itu. Dan sunyi kembali.

Pagi harinya, ketika matari belum penuh keluar dari timur. Ada teriakan, teriakan seorang warga dusun. Seketika tempat itu jadi hiruk. Warga dusun berdatangan melihat apa yang terjadi.

"Kenapa kamu, Wuryan?" tergopoh Sangate menjumpai Wuryan yang teriak. Tapi mulut Wuryan seperti terkunci, tubuhnya menggigil, hanya tangannya yang menunjuk-nunjuk ke dalam rumah. Warga dusun buru-buru menuju ke dalam rumah. Dan teriakan terkejut memenuhi ruang dalam rumah itu.

Kaki Sangate menginjak darah dan matanya melihat tiga tubuh tanpa kepala tergeletak.

"Hahh, Sagotri! Ini tubuh Sagotri!" teriak Sangate.

"Yah, ini tentu istri dan anaknya! kata yang lain.

"Tapi dimana kepalanya?!"

Tak ada yang menjawab, sesaat mereka terlolong-lolong melihat pemandangan itu. Tak pernah terbayangkan pada benak mereka bahwa hal ini bisa terjadi di dusunnya yang tersohor penuh orang sakti itu.

Dusun Kedungdang menjadi senyap, seakan kehilangan kepercayaan dirinya. Sangate berusaha menenangkan dirinya sendiri, sekaget apapun dia harus segera bertindak, sebagai kepala dusun dia harus bisa menahan diri, supaya warganya juga tetap dalam kendali. Pelan hampir berbisik doanya menyusup ke dalam dinginnya pagi, melayang menuju langit mungkin menembus awan-awan kemerahan di timur karena sang surya terbiaskan di sana.

"Ohh...Sang Hyang Whisnu, petaka apa yang ada ini, apakah Kalana berhasil menembus tumbal dusun ini, kami tak pernah lihat tanda-tanda Ekal Purusalingga menampakkan diri. Kami juga tak melihat firasat Galempang dalam mimpi kami. Apakah laku Wirangi para Kala sudah demikian tinggi? Ohh...Sang Hyang Pemelihara Alam....berapa dupa saat Candhikala harus kami saji, untuk menebus kelalaian ini?"

Sangate membuka mata dari samadi doanya, kemudian dia pimpin warganya untuk ngeruwat tubuh-tubuh tanpa kepala itu. Sagotri adalah salah satu pande mumpuni di dusun itu, pamor keris ciptaannya tak bakal kuat ditatap oleh orang sembarangan. Kematian Sagotri serta istri dan anaknya bukan sekedar kehilangan bagi mereka. Tapi juga penghinaan dan tantangan. Warga dusun itu dalam diamnya mulai merawat jasat Sagotri, istri dan anaknya. Dalam pikiran mereka masing-masing tumbuh keyakinan bahwa ini adalah awal dari sebuah pertentangan yang sebenarnya lebih besar, nun jauh di luar sana, jauh dari dusun ini, di kota praja Bhumi Mataram.

Tahun ke 850 Masehi

Tanah Jawa redup dan remang. Anginnya tergope-gope menampar hutan-hutan di lereng-lereng gunung Merapi, gunung Merbabu, pegunungan Serayu, Sindoro, Prau, Sumbing, Lawu, Ungaran bahkan sampai pegunungan Sewu di Gunung Kidul yang tandus. Inilah Bhumi Mataram, dalam kelangutannya tanah ini menjadi bukti bahwa Rakai Mataram Sang Maharaja Ratu Sanjaya telah mendirikan sebuah dinasti. Sebuah impian besar untuk menyatukan Jawa di bagian tengah ini menjadi satu kekuatan besar. Tapi setelah Maharaja Rakai Sanjaya mangkat dan digantikan Sri Maharaja Rakai Panankaran, awan kelabu mulai menggelayut di atas hamparan hijau tanah ini. Apalagi setelah Rakai Panunggalan, Rakai Warak dan Rakai Garung berturut-turut semakin surut kilau kerajaan Bhumi Mataram. Di sana di seberang bukit-bukit itu mulai merasuk pengaruh Kalana Sihwa, orang-orang Syailendra yang dirajai Balaputradewa itu semakin merangsek, merebut sedikit-demi sedikit daerah dan pengaruhnya. Orang-orang Mataram mulai bertanya-tanya inikah kebenaran kata-kata Sang Hyang Naradha saat membeberkan enam agama bahwa Kalana akan punya pengaruh di wilayah-wilayah yang menyembah Siwah.

"Ini tanda-tanda bahwa lelaku mesti dilakukan, Kedungdang yang kita banggakan sudah tersobek oleh tingkah polah orang-orang Kalana, Sang Hyang Bhrahma tidak akan membiarkannya, sekalipun Sang Hyang Whisnu diam saja," kata Buyut Bashutara kepada Sangate yang menghadap dengan kepala tertunduk dalam, di belakangnya ada Wuryan yang bersimpuh dengan pandangan menatap tajam ke tikar di lantai.

"Buyut, apakah ini pasti perbuatan orang-orang Kalana? Bukankah orang-orang Kalana itu dulunya juga masih ada hubungan darah dengan penguasa Bhumi Mataram ini, Buyut? Dan bukankah kakak perempuan Balaputradewa sudah menjadi permaisuri Sri Maharaja Rakai Pikatan, sesembahan kita, junjungan kita. Buyut?" Sangate memberanikan diri bertanya. Buyut Bashutara menarik nafas dalam, jambangnya yang putih beberapa kali tampak membiaskan sinar lampu senthir minyak kelapa di cagak tengah pendopo tua rumahnya itu. Sejenak laki-laki tua itu tampak merenung, beberapa kali tampak berdoa tak terucap.

"Semua kita ini bersaudara, dari asal keturunan umat manusia yang sama. Tapi waktu bisa merubah segalanya Sangate. Kita ingat peristiwa Bharatayuda. Mereka juga bersaudara, Sangate. Pandawa dan Kuhrawa itu satu wangsa, satu kakek. Kepentingan menjebak mereka dalam perseturuan. Kepentingan Kuhrawa adalah melestarikan kekuasaan, kepentingan Pandawa adalah melaksanakan Dharma. Saat ini, peristiwa itu akan terulang kembali. Tugas kita adalah membantu pihak yang melaksanakan Dharma."

"Lalu siapa yang melaksanakan Dharma, Buyut?" tanya Sangate ingin lebih tahu.

"Dharma lahir dari kepasrahan Sangate, bukan dari kehendak. Marilah kita lihat perkembangannya. Karena kita lahir di Kedungdang, dan Kedungdang berada di wilayah Bhumi Mataram, maka selagi raja kita masih dalam rengkuhan penataan Sang Hyang Whisnu, maka kita wajib mendukungnya, Sangate."

"Tapi kenapa yang dibunuh Sagotri, Buyut?" tanya Wuryan tiba-tiba.

"Karena Sagotri adalah seorang pande, Wuryan. Saya juga mendengar kabar bahwa pande Mantrani di dusun Plasajenar juga mati dengan kepala hilang, beberapa pembuat senjata lain di daerah Sela di antara Gunung Merapi dan Merbabu juga tiba-tiba hilang tak tentu rimbanya. Ada kemungkinan mereka dibunuh juga. Dengan membunuh pande, berarti negeri ini kehilangan orang-orang yang mampu membuat senjata, sehingga negeri ini menjadi lemah, Wuryan."

"Bukankah Buyut Bashutara dan buyut-buyut lain di dusun Kedungdang ini dan juga dahnyang-dahnyang di seantero negeri Mataram ini bisa menggunakan palpralampita untuk menghimpun kekuatan alam membinasakan mereka orang-orang Kalana yang keji itu, Buyut?!" sergah Wuryan yang tampak gemas.

"Palpralampita hanya digunakan jika seluruh lawan kita adalah musuh, Wuryan. Palpralampita juga tidak digunakan saat perang bharatayuda, karena di dalam Kuhrawa banyak juga orang-orang yang baik, resi, swami, parayogi dan pandhita, juga rakyat yang tak tau menau. Karena di dalam kelompok yang disebut lawan itu terdapat banyak orang yang sebenarnya tidak bersalah, balatentara yang hanya melaksanakan tugas. Palpralampita akan membunuh semuanya, takterkecuali, sebenarnya kekuatan itu adalah kekuatan Sang Hyang Wenang, dia bisa melakukan kesewang-wenangannya untuk menghapus segalanya. Sedang di pihak Balaputradewa belum jelas mana yang salah dan mana yang benar, Wuryan. Tidak mungkin palpralampita digunakan pada saat seperti ini"

Wuryan tampak mengangguk-angguk. Sangate juga memperlihatkan kerut wajah setuju. Terdengar pintu dalam rumah berderit dan terbuka. Seorang gadis, Jatuawitri salah seorang cucu Buyut Bashutara keluar membawa nampan, menyajikan wedang jahe dan wajik ketan. Seorang anak gadis yang sedang tumbuh menjadi prawan, keningnya bersih dan rambut yang tersanggul indah. Wuryan tak berani menatap gadis itu walau hatinya ingin.

"Silahkan, Paman Sangate, Kakang Wuryan, diminum dan dicicipi wajik hitam ini." kata gadis itu sambil tetap menunduk setelah selesai menyajikannya di atas bangku bundar di depan mereka.

"Terimakasih, ajeng, terimakasih." jawab Sangate.

Tapi sebelum mereka yang ada di situ menikmati wedang jahe dan wajik ketan hitam dari Jatuawitri, tiba-tiba terdengar suara kentongan sebuah gendhong titir. Sangate mendongakkan kepalanya airmukanya berkerut, Buyut Bashutara memandang keluar pendopo. Beberapa pemuda dusun Kedongdang tiba-tiba muncul dan merangsek masuk menghadap ke Buyut Bashutara.

"Ada apa, danang? Kalian terlihat tergesa?" tanya Sangate.

"Kami ingin melapor ke Buyut, Ki" kata salah seorang danang.

"Ya, ada apa?" tanya Buyut Bashutara.

"Binatang-binatang pada keluar lari tunggang langgang dari hutan Sabawana, tampak ketakutan menerjang pedhukuhan di sekitar hutan, menggasak tanah pertanian dan masuk ke dusun-dusun. membuat gerah warga desa, Buyut?"

"Hewan-hewan hutan?" tanya Sangate tak percaya.

"Iya, Ki!"

"Kamu sudah lihat sendiri?" selidik Wuryan.

"Tidak hanya lihat, Wur. Perutku terluka tertabrak celeng hutan." kata salah satu danang sambil membuka bajunya memperlihatkan bekas luka tertabrak celeng hutan. Jatuawitri yang masih di situ tampak ngeri melihat darah yang membasahi baju dan luka di perut pemuda dusun itu.

"Eyang, ada apa ini Eyang?" Jatuawitri memegang tangan kakeknya karena takut mulai menggerayangi hatinya.

"Sangate dan Wuryan, cepatlah kalian lihat ke sana. Siapa yang membuat onar. Secepatnya laporkan kepadaku lewat pameling?" perintah Buyut Bashutara.

"Baik, Buyut. Kami segera pergi."

"Cepatlah!"

Sangate dan Wuryan segera keluar dari pendopo, diikuti para pemuda yang melapor. Tak lama kemudian terdengar kuda-kuda mereka sudah berlari. Sangate dan Wuryan menerjang malam yang mulai menggelayut di Kedungdang. Beberapa gonggong anjing liar terpotong-potong menyedak-nyedak. Mungkin menyambut hewan-hewan hutan yang gedandapan salang tunjang menyerbu dusun. Di langit ada beberapa bintang. Dan bulannya sabit.

"Masuklah!" perintah Buyut Bashutara kepada Jatuawitri. Gadis itu menurut, meninggalkan eyangnya yang sendirian di tengah pendopo. Terdengar suaranya lirih menggeresula, "Kakamas Bandung....", Buyut Bashutara pura-pura tak mendengar kata-kata cucunya itu. Nafasnya ditariknya panjang-panjang.

Sangate dan Wuryan memacu kudanya kian kencang. Menusuk gelapnya malam menuju hutan Sabawana, orang-orang di seberang hutan menyebut alas itu dengan nama Wanasaba. Ini adalah peristiwa pertama yang dialami Sangate, tidak pernah ada kejadian ini sebelumnya. Binatang-binatang liar di dalam hutan itu tak pernah keluar, tak pernah mengganggu kehidupan orang-orang di perkampungan sekeliling hutan itu. Ada rasa was-was dalam dada Sangate, bukan karena takut, tapi karena dialah yang bertanggung jawab terhadap keselamatan seluruh warga Kedungdang, selain Jagabaya, dirinyalah yang paling berbeban jika warganya mengalami kesusahan.

Wuryan mengikutinya dari belakang, laki-laki muda itu mencoba memusatkan perhatiannya pada gerak lari kudanya. Beberapa kali kudanya harus melompat karena jalan yang dilaluinya berlobang agak dalam. Tapi pikirannya tersingkap oleh hal yang lain, beberapa kali dia mencoba menepisnya, sesering itu pula dia teringatkan lagi. Bunga Kedungdang yang baru saja dilihatnya mengunjungi pikirannya, kuning langsat kulitnya, lentur gemulai tubuhnya, dan jatuhnya beberapa rambut di keningnya, tersapu oleh senyum yang menggores pekat dalam kelembutan gadis perawan cucu Buyut Bashutara yang bernama Jatuawitri. Hatinya berdegab-degab jika mengingatnya, sama seperti ketukan kaki-kaki kuda yang dia tumpangi itu memukul tanah. Tapi dia tak berani berharap.

Sangate dan Wuryan telah keluar dari dusun Kedungdang, melewati jalan kecil di tengah persawahan, udara menjadi lebih dingin, angin bertiup kencang, beberapa burung berkelepak terbang menjauh, dan deretan rusa menerabas sawah.

"Paman Sangate, rusa-rusa itu!"

"Ya, mereka gerombolan pertama yang kita temui!"

"Akan kemana mereka?"

"Tampaknya mereka tak tahu arah, Wuryan."

"Ya, sebab mereka tak pernah keluar hutan."

"Apakah ini akibat perbuatan orang-orang Kalana juga?" tanya Wuryan.

"Aku tak tahu, Wuryan. Mungkin. Tapi mungkin juga bukan."

Belum jauh dari tempat itu, tiba-tiba kecopak air sawah terdengar riuh, Sangate dan Wuryan melambatkan jalan kudanya. Ternyata suara itu berasal dari ayam-ayam alas dan pelung-pelung yang berlari berlawanan arah dengan arah jalan Sangate dan Wuryan. Sangate mempercepat laju kudanya, diikuti Wuryan, mereka merasa harus secepatnya sampai di hutan Sabawana.

Sebelum memasuki gumuk kecil, Sangate dan Wuryan melintas di kawasan perdu. Pohon serut menguasai daerah itu. Biasanya di pohon-pohon itu banyak berlindung ular-ular, terbukti banyak bekas kulit ular bergantungan di ranting-rantingnya setelah mlungsungi. Tetapi anehnya banyak juga pandan-pandan tumbuh liar di situ, sedang pandan biasa tumbuh di daerah pantai. Beberapa kali Sangate dan Wuryan menghentikan gerak kudanya, karena harus berhati-hati ketika berpapasan dengan babi-babi hutan, kerbau liar, banteng dan gerombolan asu ajak menerjang jalan-jalan sempit di sela-sela serut atau pandan, tunggang langgang lari menjauh dari arah yang dituju Sangate. Wuryanpun mulai merasa tidak enak dengan kudanya, dia berpikir ada yang aneh dengan kudanya, karena beberapa kali kaki kuda itu menghentak-hentak ke tanah dengan gelisah. Tapi mereka memutuskan untuk meneruskan perjalanan.

"Apakah ini merupakan sebuah jebakan, Paman? Orang-orang Kalana telah berada di dalam hutan itu membubarkan binatang-binatang, supaya kita orang-orang Kedungdang datang ke hutan itu dan mereka menyergap kita?"

"Aku rasa tidak, Wuryan. Kita lebih tahu hutan itu daripada orang-orang Kalana. Sebelum sampai ke hutan itu, warga dusun Tlagaluwih di seberang hutan akan mengirimkan pesan ke kita tentang kedatangan orang-orang Kalana. Kalaupun orang Kalana yang masuk ke hutan itu, jumlahnya takkan banyak, mungkin mereka menyusup melewati kali kecil yang membelah hutan itu, tetapi apakah mungkin sekelompok orang yang jumlahnya sedikit bisa membuat seluruh binatang di hutan itu lari ketakutan keluar hutan? Jika iya, ilmu apa yang dipakai?" kata Sangate seakan bertanya pada dirinya sendiri.

"Atau mungkinkah, ini ulah Nagaraja, naga besar masuk ke dalam hutan Sabawana untuk memangsa binatang-binatang di sana?" tanya Wuryan.

Sangate tertawa kecil mendengar pertanyaan Wuryan, mereka mulai berjalan menyusuri jalan setapak menuju geremang hutan pekat di malam hari itu.

"Ha..ha..Wuryan, Nagaraja itu tak pernah ada, itu hanya sebuah cerita, nenek moyang dulu mengira kalau bumi disangga oleh seekor naga besar. Jika ada lindu, gempa bumi, orang dulu mengira bahwa naga yang menyangga bumi sedikit bergerak. Tapi setelah agama hindu masuk ke tlatah jawa ini, cerita itu hilang begitu saja. Hanya kadang saja terdengar, sebagai dongeng masa lalu. Sebab bumi dan alam semesta ini jelas sekali diceritakan keberadaannya dalam bhagavatgita. Di dalamnya tak ada yang bernama Nagaraja. Nagaraja muncul di cerita lain dalam mahabarata-nya jawa, sebagai kakek dari Antareja, anak Bima. Atau sebagai guru dari prabu Anglingdharma, tetapi semua itu hanyalah cerita. Sampai saat ini belum ada yang bertemu dengan naga, ular bisa besar sekali, tetapi tetap ular ujudnya, bukan naga. Atau boleh jadi naga adalah sebutan lain dari binatang purba yang hidup sebelum adanya manusia, dan sekarang sudah punah tentunya" kata Sangate, semua pertanyaan Wuryan dirasakan oleh Sangate sebagai perasaan takut yang mulai merayap di dada Wuryan.

"Kamu jangan takut, Wuryan! Tak kan terjadi apa-apa dengan kita."

"Iya, Paman!" jawab Wuryan pelan, bagaimanapun ada rasa was-was di hati pemuda tampan itu, sekuat apapun dia mencoba menekan perasaannya itu. Tapi ketika ingatannya kembali ke kembang Kedungdang si Jatuawitri, dirinya menjadi malu, bagaimana mungkin dia mampu memimpikan cucu Buyut Bashutara itu jika dalam keadaan seperti ini saja dirinya masih merasakan takut. Maka ditegakkannya dadanya untuk memaksa keberaniannya pulih. Jalannya menjadi lebih bersemangat. Mereka menyeruak ilalang kering, kadang menyusup di bawah cabang-cabang pandan yang melintangi jalan.

Di ujung jalan setapak itu, Sangate tak lagi mampu melihat jalan, karena bayang-bayang pohon-pohon tinggi di pinggir hutan itu menghapus sinar bintang di langit yang kebetulan juga hanya sedikit. Tatapan matanya membentur pada gelap pekat semacam tabir hitam yang sangat dalam. Sangate berhenti sejenak, di belakangnya berdiri Wuryan yang juga termangu, hanya dengus nafasnya terdengar lebih cepat berpacu.

"Ambil upet di sakumu Wuryan, kita harus menyalakan oncor!"

"Baik Paman." jawab Wuryan. Tangannya mengambil upet di surjannya, sementara itu Sangate menarik oncor yang dia cangklongkan di punggungnya.

Tak lama kemudian Wuryan membuat api dengan upetnya, percikan mulai terlihat, semakin lama semakin besar, dan Sangate menyodorkan ujung oncornya ke api yang dibuat Wuryan. Dan seketika tempat itu menjadi lebih terang, walau jangkauan sinarnya tak lebih dari sepuluh jepaplangan tangan, tapi cukuplah sinar itu membantu perjalanan mereka.